Senin, 27 Agustus 2012

Sekarang 21.35++

" Kebanyakan dipikir, Kebanyakan memikir. Ujung-ujungnya gak dikerjain. Mendingan dikerjain dulu sambil dipikir " (Otak Bijak dalam pemikiran travel hari ini)

" Realisasi Imajinasi"

" Tak ada alis yang tak pernah sama "

" Kerjakan tanpa banyak berfikir, Pikirkan banyak dalam kerjaannya"

Rabu, 23 Mei 2012

Kegilaan merangkum #1 - Konsep Batas Laut


Konsep Penetapan Batas Laut

·      Teknis
o   Komponen vertikal dan Horizontal  Batas laut
§  Komponen datum vertical saat muka air rendah (low-water level).
§  Komponen datum horizontal saat muka air rendah (low-water level).
o   Garis pantai
§  Pada peta laut, menggunakan garis air tinggi. Pada peta topografi menggunakan MSL. Dan pada penetapan batas laut menggunakan garis air rendah.
o   Titik awal
§  Titik awal adalah titik koordinta yang terletak pada garis pantai untuk mementukan garis dasar. Titik awal berada pada bagian dari garis air rendah yang akan digunakan sebagai acuan dalam penentuan batas daerah dilaut. [Djunarsjah,2000]
§  Terdapat 3 bentuk morfologi pantai untuk meletakan titik-titik awal [Badrun,1999]
·      Pantai landai (yang memiliki batimetri yang landai)
·      Elevasi surut (bentukan alamiah yg terjadi pada waktu air surut)
·      Pantai curam/terjal
o   Garis dasar
§  Garis dasar merupakan garis yang menghubungkan dua titik awal. Terdiri 2 macam, garis dasar normal (mengikuti bentukan morfologi pantai) dan garis dasar lurus (garis lurus yang ditarik antara titik-titik terluar dari garis air rendah)
o   Garis batas
§  Garis batas laut adalah garis yang dibentuk dari garis dasar. Wilayah laut yurisdiksi suatu daerah yang dibatasi garis batas laut merupakan garis "khayal", garis tersebut hanya terlihat di peta tetapi bentuk nyatanya tidak ada di lapangan [Setiawan, 2009].
o   Wilayah Laut
§  Wilayah laut provinsi sejauh 12 mil laut dari arah garis pantai ke arah laut lepas. Wilayah laut kabutapen/kota sejauh 2/3 dari wilayah kewenangan provinsi.
o   Sistem Koordinat
§  Sistem koordinat Geodetik
Sistem koordinat geodetik mempunyai parameter lintang, bujur dan tinggi geodetik. Meridian utama (prime meridian) atau meridian nol, yaitu meridian yang melalui Greenwich dan ekuator (equator) merupakan acuan yang digunakan untuk mendefinisikan lintang dan bujur [Poerbandono, 2005].
§  Sistem koordinat proyeksi UTM
Sistem koordinat bumi yang diproyeksikan kedalam bidang datar. Digunakan untuk meminimalisir distorsi yang ada. Proyeksi UTM, merupakan proyeksi tranverse Mercator yang telah dibakukan seluruh dunia. Beberapa karakteristiknya, seperti bidang proyeksi silinder, menggunakan meridian pusat standar setiap interval 6 derajat.

Kamis, 12 April 2012

Random SSS



PEMANFAATAN SIDE SCAN SONAR DALAM PEMBUATAN PETA BATIMETRI

Abstrak

Kedalaman merupakan salah satu kunci dalam pembuatan peta batimetri , Kedalaman didapatkan merupakan hasil pengukuran,baik secara manual maupun secara acoustic. Dalam paper ini akan menjelaskan salah satu cara pemanfaatan dari Side Scan Sonar untuk pemanfaatan untuk pembuatan peta batimetri secara langsung.1.    

Pendahuluan

Kegiatan survei batimetri akan membutuhkan ketelitian dalam penentuan kedalaman dan pengambaran citra. Salah satu cara mendapatkan nilai kedalaman yang baik adalah dengan menggunakann alat acoustic, yaitu dengan menggunakan SBES (Singel Beam Echo Sounder) atau menggunakan MBES (Multi Beam Echo Sounder). SSS (Side Scan sonar) merupakan salah satu alat acoustic yang berfungsi untuk mendapatkan gambaran melalui hasil pantulan dari gelombang acoustic.gambar.1. Singel Beam Echo Sounder dan Side Scan Sonar
Pada gambar.1. diperlihatkan pada gambar yang dibagian atas adalah SBES, pemanfaatan dari gelombang acoustic  akan dipantulkan dengan jarak yang relatif dengan dekat dan kondisi gangguan yang didapatkan lebih sedikit. Sedangkan pada gambar.1. akan didapatkan menghasilkan gradasi warna sesuai dengan kekuatan sinyal pantulan.
Jika kita memanfaatkan alat Side Scan sonar yang masih berbasiskan analog maka akan dihasilkan citra berdimensi 450 x 500 kolom. Setiap kolom akan mengambarkan dari hasil pemindaian alat ke dalam dasar laut.Intensitas sinyal pantulan balik yang didapatkan akan direkam setiap pixel dalam satu waktu yang sama. Setiap pixel yang didapatkan akan mengambarkan 15cm didalam keadaan lapangannya.

2.     Metode

Side Scan sonar akan memanfaatkan gelombang acoustic, salah satu contohnya kita akan menggunakan dua frekuensi (100 dan 410 kHz, dengan panjang gelombang 15 dan 44 mm) yang akan ditarik oleh kapal dengan kecepatan 2-3 knot, dengan keadaan SSS 1,5 meter dibawah permukaan air. Secara teori, maka akan didapatkan ketelitian  resolusi menyilang dari citra sebesar 4cm (Somers dan Stubbs, 1984) dengan  keteliatian resolusi searah sebesar 10cm (dengan asumsi sudut horizontal pemancar sinyal sebesar 10 ). Kapal akan dinavigasikan dengan menggunakan real time differential GPS. Untuk mendapatkan ketelitian yang tinggi dalam pengukuran.

gambar.2. Citra hasil SSS dengan dual frequency.Pada gambar.2 terlihat hasil citra dengan menggunakan SSS sebagai salah satu sumbernya. Dengan memanfaatkan SSS dual frequency akan dihasilkan 2 citra yang berbeda. Karena pada gambar yang kanan, merupakan hasil pengamatan citra SSS ke arah starboard dan yang ada di kiri merupakan pengamatan citra pada arah port.3.     Pengolahan CitraDalam pembuatan peta batimetri,maka diperlukan pengolahan hasil citra untuk mendapatkan kedalaman dari hasil citra. Akan tetapi dalam pengolahan citra kita perlu mengadakan :penghilangan noise, ekstrasi bagian penyusun, dan pendeteksian bayangan.

3.1  Penghilangan noise
Hal ini terjadi karena SSS tidak hanya menangkap gelombang yang paling atas, akan tetapi setiap gelombang yang dipantulkan, baik gelombang backscatter, maupun murni pantulan dari benda yang berada didasdar laut.Oleh karena itu perlu diadakan penyaringan dari noise, salah satu caranya dengan menggunakan penyaringan rata-rata, bertujuan menghilangkan bagian-bagian data yang hilang atau terganggu tanpa mengubah dari data aslinya. Lalu dengan menggunakan GNC (Graduated Non Convexity) dengan menggunakan penyaringan data yang menghilangkan efek pantulan dan tahapan selanjutnya akan menghilangkan bintik-bintik pada data yang terjadi secara acak

.3.2  Pendeteksian bayangan
Penentuan bayangan akan sangat penting dalam pengolahan citra, karena akan berpengaruh terhadap objek dari gambar yang dimaksudkan. Bayangan akan didefinisikan sebagain batasan perpindahan nilai dari negative ke positif. Jika terjadi bayangan perlu diadakan pengecekan dengan pemanfaatan sinyal lain, untuk mengetahui kebenaran dari bayangan tersebut, karena bayangan tidakan dilakukan pemfilteran khusus untuk noise nya
Pengolahan data SSS terdiri dari dua tahapan, yakni real time processing dan post processing. Tujuan real time processing adalah untuk memberikan koreksi selama pencitraan berlangsung sedangkan tujuan post processing adalah meningkatkan pemahaman akan suatu objek melalui interprestasi (Mahyuddin, 2008 dalam Edi, 2009). Penelitian yang dilakukan ini, pengolahan datanya adalah post processing.Interpretasi pada post processing dapat dilakukan secara kulaitatif maupun kuantitatif. Interprestai secara kualitatif dilakukan untuk mendapatkan sifat fisik material dan bentuk objek, baik dengan mengetahui derajat kehitaman (hue saturation), bentuk (shape) maupun ukuran (size) dari objek atau target.

Secara umum, berdasarkan bentuk eksternalnya, target dapat dibedakan menjadi buatan manusia (man made targets) atau objek alam (natural targets). Pada umunya, objek buatan manusia memiliki bentuk yang tidak beraturan (Klien   Associates Inc, 1985).Interprestasi secara kuantitatif bertujuan untuk mendefinisikan hubungan antara posisi kapal, posisi towfish dan posisi objek sehingga diperoleh besaran horisontal dan besaran vertikal. Besaran horisontal meliputi nilai posisi objek ketika lintasan towfish sejajar dengan lintasan kapal maupun ketika lintasan dengan towfish membentuk sudut. Besaran vertikal meliputi tinggi objek dari dasar laut serta kedalaman objek (Mahyuddin, 2008).


Referensi

Langer D., and Hebert M. ,1991, “Building qualitative elevation maps from side scan sonar data for autonomous underwater navigation” Scaranento, California.Collier ,J.S. and Brown, C.J ,2005 ,“Correlation of sicescan backscatter with grain size distribution of surficial seabed sediments”,London.




Kamis, 05 April 2012

R.Random R

Ruang sebenarnya merupakan kebutuhan mendasar dari setiap makhluk hidup. Setiap kita memandang, maka kita akan melihat ruang.

Daratan merupakan salah satu ruang yang paling visible untuk digunakan manusia sebagai tempat tinggalnya.


Tapi dengan melihat kebutuhan ruang tinggal manusia yang tinggi, maka diperlukan sebuah optimasi ruang penggunaan lahan tinggalnya. maka dari itu mulai berkembang penggunaan lahan tinggal dengan sistem tingkat.


Akan tetapi jika ruang sudah terlalu penuh, dan ruang rasio kebutuhan lahan meningkat. maka kita akan mencari solusi lain dimana kita akan bisa memanfaatkan ruang. salah satu hal yang paling dekat adalah pemanfaatan perairan.
Selain perairan, salah satu solusi adalah dengan pemanfaatan ruang udara.


Akan tetapi, Hal paling mendasar dari semua itu adalah kepastian kita bisa menggunakan tersebut. karena kita hidup dalam lingkungan yang menjadikan hukum sebagai dasar.
Oleh karena itu,dibutuhkan sebuah hukum yang mengatur pemanfaatan (Right),  Tanggung jawab pemegang hak (Responsibility), dan ketentuan pembatasan (Restriction) baik untuk pemegang hak, penggunaan / pemanfaatan ruang.

Kamis, 23 Februari 2012

Isengan part ke 1


lama juga ga buka blog ini.
hha

iseng-iseng
ngerjain tugas dan sebenarnya cuman butuh kalkulator buat ngerjain aja sih...
tp berhubung iseng..

script "keisengan" :

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
clear
clc
format long g
%% Input
tet = [6 53 29.49737];
alp = [107 36 43.21995];
h= 816.5963;
tet = dms2degrees(tet);
alp = dms2degrees(alp);
a = 6378137;
b = 6356752;
%soal 2.b.1
as1 = 6378165;
bs1 = 6356783.3;
%soal 2.b.2
as2 = 6356760;
bs2 = 6378145;
%soal 2.b.3
Es3 = 0.082136016;
%soal 2.b.4
fs4 = 1/151;
%% program
%soal 2.b.1 &b.2 nilai tet,alp,h -> X,Y,Z (WGS'84) -> te,alp,h (WGS'2.b.1&2)
% tet,alp,h -> X,Y,Z
E = ((a^2 - b^2)/(b^2))
N = ((a)/(sqrt(1-(E*sind(tet)))))
Xwgs84 =(N + h)*cosd(tet)*cosd(alp)
Ywgs84 =(N + h)*cosd(tet)*sind(alp)
Zwgs84 =(N*(1-E)+h)*sind(tet)
%soal 2.b.1
%X,Y,Z -> tet,alp,h (wgs's1)
Es1 = ((as1^2 - bs1^2)/(bs1^2))
Ns1 = ((as1)/(sqrt(1-(E*sind(tet)))))
Ms1 = ((as1*(1-Es1))/((1-(E*sind(tet)^(3/2)))))
p = sqrt((Xwgs84*Xwgs84)+(Ywgs84*Ywgs84))
alp_s1 = atand (Ywgs84/Xwgs84)+180
tet01 = atand (Zwgs84/(p*(1-Es1)))
h01 = (sqrt((p^2)+(Zwgs84^2)))-((as1*sqrt(1-Es1))/(sqrt(1-Es1*((cosd(tet))^2))))
Z = (Ns1*(1-Es1)+h01)*sind(tet01)
P = (Ns1+h01)*cosd(tet01)
dZ = Zwgs84 - Z
dP = p - P
dtet = (dZ*cosd(tet01)-dP*sind(tet01))/(Ms1+h01)
dh = dZ*sind(tet01)+dP*cosd(tet01)
tets1= tet01 + dtet
hs1 = h01 +dh
% Tranformasi ke geosentrik
tetGeosentrik = atand ((sqrt(1-Es1))*tand(tets1));
tetGS = degrees2dms (tetGeosentrik)
% soal 2.b.2
%X,Y,Z -> tet,alp,h (wgs's1)
Es2 = ((as2^2 - bs2^2)/(bs2^2))
Ns2 = ((as2)/(sqrt(1-(E*sind(tet)))))
Ms2 = ((as1*(1-Es2))/((1-(E*sind(tet)^(3/2)))))
p2 = sqrt((Xwgs84*Xwgs84)+(Ywgs84*Ywgs84))
alp_s2 = atand (Ywgs84/Xwgs84)+180
tet02 = atand (Zwgs84/(p*(1-Es2)))
h02 = (sqrt((p^2)+(Zwgs84^2)))-((as1*sqrt(1-Es1))/(sqrt(1-Es1*((cosd(tet))^2))))
Z = (Ns1*(1-Es2)+h02)*sind(tet02)
P2 = (Ns1+h02)*cosd(tet02)
dZ2 = Zwgs84 - Z
dP2 = p2 - P2
dtet2 = (dZ*cosd(tet02)-dP2*sind(tet02))/(Ms2+h02)
dh = dZ2*sind(tet02)+dP2*cosd(tet02)
tets2= tet02 + dtet2
hs1 = h02 +dh
% Tranformasi ke geosentrik
tetGeosentrik2 = atand ((sqrt(1-Es2))*tand(tets2))
tetGSen2 = degrees2dms(tetGeosentrik2)
%soal 2.b.3
Es3 = 0.082136016
tetGeosentrik3 = atand ((sqrt(1-Es3))*tand(tet))
tetGS3 = degrees2dms (tetGeosentrik3)
%soal 2.b.4
Es4 = (1-(1-fs4)^2)
tetGeosentrik4 = atand ((sqrt(1-Es4))*tand(tet))
tetGS3 = degrees2dms (tetGeosentrik4)
%soal 2.c.
% koordinat XYZ dalam geosentrik
tetGS = atand ((sqrt(1-E))*tand(tet))
% tetGS = degrees2dms (tetGS)
N = ((a)/(sqrt(1-(E*sind(tetGS)))))
Xwgs84 =(N + h)*cosd(tetGS)*cosd(alp)
Ywgs84 =(N + h)*cosd(tetGS)*sind(alp)
Zwgs84 =(N*(1-E)+h)*sind(tetGS)
%soal 2.d
Esd = ((10^2 - 8^2)/(8^2))
N = ((10)/(sqrt(1-(Esd *sind(tet)))))
Msd = ((10*(1-Esd))/((1-(Esd *sind(tet)^(3/2)))))
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

sebenarnya ini ada yang salah sih.. kira-kira apa ya?