Random SSS
PEMANFAATAN SIDE SCAN SONAR DALAM
PEMBUATAN PETA BATIMETRI
Abstrak
Kedalaman merupakan
salah satu kunci dalam pembuatan peta batimetri , Kedalaman didapatkan merupakan
hasil pengukuran,baik secara manual maupun secara acoustic. Dalam paper ini akan menjelaskan salah satu cara
pemanfaatan dari Side Scan Sonar untuk
pemanfaatan untuk pembuatan peta batimetri secara langsung.1.
Pendahuluan
Kegiatan survei
batimetri akan membutuhkan ketelitian dalam penentuan kedalaman dan pengambaran
citra. Salah satu cara mendapatkan nilai kedalaman yang baik adalah dengan
menggunakann alat acoustic, yaitu
dengan menggunakan SBES (Singel Beam Echo
Sounder) atau menggunakan MBES (Multi
Beam Echo Sounder). SSS (Side Scan
sonar) merupakan salah satu alat acoustic
yang berfungsi untuk mendapatkan gambaran melalui hasil pantulan dari
gelombang acoustic.gambar.1. Singel Beam Echo Sounder dan Side Scan Sonar
Pada gambar.1.
diperlihatkan pada gambar yang dibagian atas adalah SBES, pemanfaatan dari
gelombang acoustic akan dipantulkan dengan jarak yang relatif
dengan dekat dan kondisi gangguan yang didapatkan lebih sedikit. Sedangkan pada
gambar.1. akan didapatkan menghasilkan gradasi warna sesuai dengan kekuatan sinyal
pantulan.
Jika kita
memanfaatkan alat Side Scan sonar yang
masih berbasiskan analog maka akan dihasilkan citra berdimensi 450 x 500 kolom.
Setiap kolom akan mengambarkan dari hasil pemindaian alat ke dalam dasar
laut.Intensitas sinyal pantulan balik yang didapatkan akan direkam setiap pixel
dalam satu waktu yang sama. Setiap pixel yang didapatkan akan mengambarkan 15cm
didalam keadaan lapangannya.
2. Metode
Side Scan sonar akan
memanfaatkan gelombang acoustic, salah
satu contohnya kita akan menggunakan dua frekuensi (100 dan 410 kHz, dengan
panjang gelombang 15 dan 44 mm) yang akan ditarik oleh kapal dengan kecepatan
2-3 knot, dengan keadaan SSS 1,5 meter dibawah permukaan air. Secara teori,
maka akan didapatkan ketelitian resolusi
menyilang dari citra sebesar 4cm (Somers dan Stubbs, 1984) dengan keteliatian resolusi searah sebesar 10cm
(dengan asumsi sudut horizontal pemancar sinyal sebesar 10 ). Kapal
akan dinavigasikan dengan menggunakan real
time differential GPS. Untuk mendapatkan ketelitian yang tinggi dalam
pengukuran.
gambar.2.
Citra hasil SSS dengan dual frequency.Pada
gambar.2 terlihat hasil citra dengan menggunakan SSS sebagai salah satu
sumbernya. Dengan memanfaatkan SSS dual
frequency akan dihasilkan 2 citra yang berbeda. Karena pada gambar yang
kanan, merupakan hasil pengamatan citra SSS ke arah starboard dan yang ada di
kiri merupakan pengamatan citra pada arah port.3.
Pengolahan CitraDalam pembuatan peta batimetri,maka
diperlukan pengolahan hasil citra untuk mendapatkan kedalaman dari hasil citra.
Akan tetapi dalam pengolahan citra kita perlu mengadakan :penghilangan noise, ekstrasi bagian penyusun, dan
pendeteksian bayangan.
3.1 Penghilangan
noise
Hal
ini terjadi karena SSS tidak hanya menangkap gelombang yang paling atas, akan
tetapi setiap gelombang yang dipantulkan, baik gelombang backscatter, maupun murni pantulan dari benda yang berada didasdar
laut.Oleh
karena itu perlu diadakan penyaringan dari noise, salah satu caranya dengan
menggunakan penyaringan rata-rata, bertujuan menghilangkan bagian-bagian data
yang hilang atau terganggu tanpa mengubah dari data aslinya. Lalu dengan
menggunakan GNC (Graduated Non Convexity)
dengan menggunakan penyaringan data yang menghilangkan efek pantulan dan
tahapan selanjutnya akan menghilangkan bintik-bintik pada data yang terjadi
secara acak
.3.2 Pendeteksian
bayangan
Penentuan
bayangan akan sangat penting dalam pengolahan citra, karena akan berpengaruh
terhadap objek dari gambar yang dimaksudkan. Bayangan akan didefinisikan
sebagain batasan perpindahan nilai dari negative ke positif. Jika terjadi
bayangan perlu diadakan pengecekan dengan pemanfaatan sinyal lain, untuk
mengetahui kebenaran dari bayangan tersebut, karena bayangan tidakan dilakukan
pemfilteran khusus untuk noise nya. Pengolahan data SSS terdiri
dari dua tahapan, yakni real time processing dan post processing. Tujuan real
time processing adalah untuk memberikan koreksi selama pencitraan berlangsung
sedangkan tujuan post processing adalah meningkatkan pemahaman akan suatu objek
melalui interprestasi (Mahyuddin, 2008 dalam Edi, 2009). Penelitian yang
dilakukan ini, pengolahan datanya adalah post processing.Interpretasi pada post
processing dapat dilakukan secara kulaitatif maupun kuantitatif. Interprestai
secara kualitatif dilakukan untuk mendapatkan sifat fisik material dan bentuk
objek, baik dengan mengetahui derajat kehitaman (hue saturation), bentuk
(shape) maupun ukuran (size) dari objek atau target.
Secara umum, berdasarkan bentuk eksternalnya,
target dapat dibedakan menjadi buatan manusia (man made targets) atau
objek alam (natural targets). Pada umunya, objek buatan manusia memiliki bentuk
yang tidak beraturan (Klien Associates Inc, 1985).Interprestasi
secara kuantitatif bertujuan untuk mendefinisikan hubungan antara posisi kapal,
posisi towfish dan posisi objek sehingga diperoleh besaran horisontal dan
besaran vertikal. Besaran horisontal meliputi nilai posisi objek ketika
lintasan towfish sejajar dengan lintasan kapal maupun ketika lintasan dengan
towfish membentuk sudut. Besaran vertikal meliputi tinggi objek dari
dasar laut serta
kedalaman objek (Mahyuddin, 2008).
Referensi
Langer D., and Hebert M.
,1991, “Building qualitative elevation maps from side scan sonar data for
autonomous underwater navigation” Scaranento, California.Collier ,J.S. and Brown, C.J
,2005 ,“Correlation of sicescan backscatter with grain size distribution of
surficial seabed sediments”,London.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar